SUMBER DAN
MEDIA PEMBELAJARAN TK/RA
“PENGELOLAAN
SUMBER BELAJAR DI TK/RA”
Dosen
Pengampu:
Lailatu Rohmah, S.Pd.I, M.S.I
Disusun Oleh:
NURLIYATI
RAHAYU (13430031)
Program Studi
Pendidikan Guru Raudlatul Athfal
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Di
dalam kami menyelesaikan tugas makalah ini, kami telah berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil yang baik.
Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Allah
SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini
2.
Ibu
Lailatu Rohmah selaku dosen mata kuliah Sumber dan Media Pembelajaran RA
3.
Kepada
keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian
yang besar kepada kami, baik selama mengikuti kuliah maupun dalam menyelesaikan
makalah ini
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait, yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan karya tulis ini. Semoga kebaikan yang
diberikan oleh semua pihak kepada kami dapat menjadi amal yang senantiasa
mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.
Akhir kata, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam karya
tulis ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan.
Yogyakarta,
Oktober 2014
Nurliyati Rahayu
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sumber belajar sangat penting dalam proses belajar mengajar, sebab
tanpa adanya sumber belajar dalam proses pembelajaran tidak akan terjadi. Association
for Educational Communication and Technology atau Asosiasi
Komunikasi dan Teknologi Pendidikan yang sering disingkat AECT
memberikan batasan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang berupa
pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware), teknik
(metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun
dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar.
Pengertian sumber belajar menurut AECT ini menguraikan secara rinci
jenis-jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan meliputi
pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan sekitar.[1]
Banyaknya sumber belajar dan alat permainan yang ada di TK/RA mensyaratkan
guru untuk mengelolanya secara efektif dan efisien. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana pengelolaan sumber belajar,
khususnya pengelolaan sumber belajar di TK/RA.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengelolaan sumber
belajar di TK/RA?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam
pengeloaan sumber belajar di TK/RA
D.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi penulis
Makalah yang
telah ditulis ini diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara
mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, mahasiswa dengan masyarakat, serta
orang-orang yang berminat membacanya.
2.
Bagi mahasiswa
Makalah yang
telah ditulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaaan ataupun
referesi untuk mahasiswa khususnya tentang pengelolaan sumber belajar di TK/RA.
3.
Bagi masyarakat
Makalah yang
telah ditulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan ataupun
referensi tentang pengelolaan sumber belajar di TK/RA.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGELOLAAN
SUMBER BELAJAR DI TK/RA
Pengelolaan sumber
belajar di TKRA meliputi: perencanaan sumber belajar, pengadaan sumber belajar,
penyimpanan dan pemeliharaan sumber belajar, dan pengunaan dan evaluasi sumber
belajar.
A.
Perencanaan Sumber Belajar
Perencanaa
adalah kegiatan atau agenda yang dicanangkan akan segera dilaksanakan.[2]
Perencanaan sumber belajar di TK/RA dimulai
dengan mengadakan identifikasi kebutuhan sumber belajar di TK/RA. Berdasarkan
identifikasi kebutuhan tersebut guru mendapat data tentang jenis-jenis
sumber belajar yang dibutuhkan untuk anak TK/RA. Jenis-jenis sumber belajar
yang diidentifikasi tersebut dapat disesuaikan dengan tema, kemampuan dan
tujuan yang diinginkan. Data kebutuhan ini dirinci untuk
bahan pertimbangan dalam rencana pengadaan sumber belajar.
Supaya
menghasilkan perencanaan sumber belajar yang baik, yang perlu dipertimbangkan
antara lain: jumlah dan usia anak didik; sistem pembiasaan; dan keuangan.[3]
1.
Jumlah dan Usia Anak Didik
Sebelum
melakukan pengadaan alat dan bahan, harus dipertimbangkan jumlah dan usia anak
didik. Pertama mengenai jumlah anak didik,
, idealnya setiap kelas dengan anak didik antara 15-20 anak harus ada guru
pendamping kelas minimal 2 orang, supaya pembelajaran dikelas dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya mengenai
alat permainan, jika alat permainan yang disedikan terlalu sedikit akan
berakibat pada pertikaian atau pertengkaran antaranak karena berebut mainan. Ukuran
ruang kelas juga tidak boleh diabaikan, untuk anak-anak antara 20-30 peserta
didik diperlukan ruangan minimal berukuran 7x8 meter.
Sedangkan
alasan untuk mempertimbangkan usia anak adalah untuk menentukan jenis permainan
edukatif, sebab jika alat permaianan edukatif yang tersedia tidak sesuai
tingkat perkembangan anak, maka anak-anak tidak akan tertarik untuk bermain.
Padahal bermainnya anak-anak adalah belajar itu sendiri. Untuk mempermudah
penyesuaian alat permainan edukatif dengan uisa anak, maka dibuatlah
kelas-kelas dengan usia anak. Yang membedakan kelas anak didik tidak Alaina
adalah usia anak didik tersebut. Berikut adalah table pengelompokan kelas
berdasarkan usia anak:
No
|
Usia Anak
|
Jumlah Maks
|
Kelompok
|
Kelas
|
1
|
0-3 tahun
|
25-30 anak
|
TPA
|
-
|
2
|
3-3,6 tahun
|
15-20 anak
|
KB
|
A1
|
3
|
3,6- 4 tahun
|
15-20 anak
|
KB
|
A2
|
4
|
4- 5 tahun
|
15-20 anak
|
TK
|
B1
|
5
|
5-6 tahun
|
15-20 anak
|
TK
|
B2
|
Dari table diatas, maka masing-masing kelas
mempunyai jenis alat permaina edukatif tersendiri yang berbeda dengan
kelas-kelas yang lain. Dengan demikian, penyesuaian antara tingkat perkembangan
anak dengan alat permainan yang digunaan dapat tercapai.
Mengingat mengenai usia anak didik, lingkungan
sebagai sumber belajar anak didik maka bentuk bangunan gedung TK/RA diusahakan
berbeda dengan bentuk bangunan rumah, Bank, Masjid, dll. Buatlah desain
bangunan TK/RA yang khas dengan karakter anak usia dini. Jika memungkinkan
bentuk kelas satu dengan yang lainnya berbeda, misalnya untuk kelas anak kelompok
TPA berbentuk buah strawberry berbeda dengan kelas anak kelompok TK yang
berbentuk pesawat. Dengan demikian, anak-anak sejak masuk gedung sudah terkesan
dengan bentuk kelas yang berbeda-beda, nuansa yang berbeda terebut membuat anak
senantiasa betah dan tidak merasa bosan.
Demikian pula dengan fasillitas-fasilitas
bermaina nak yang lain seperti kolam renang, untuk anak usia dini bentuk kolam
senang harus dibuat seunik mungkin supaya anak tertarik untuk menggunaka kolamm
renag tersebut. ,isalnya kolam renang dengan bentuk bulan sabit, atau dengan bentuk-bentuk
geometri yang lain.
2.
Sistem Pembiasaan
Sistem
pembiasaan yang dimaksud disini adalah pembiasaan anak untuk bermain. Kebiasaan
ini menuntut jenis permainan yang awet dan tahan lama, sehingga walaupun
dipakai setiap hari tetap dalam keadaan baik. Kondisi keterbatasan TK/RA selalu
menjadi alasan klasik keterbatasan alat permaian edukatif. Tetapi hal itu dapa
diatasi dengan menyiasati jumlah permainan edukatif. Dengan kata lain, lebih
baik meyediakan alat permainan edukatif terbatas dalam jumlah tetapi lengkap
daripada menyediakan alat permainan edukatif dalam jumlah yang banyak namun
hanya ada satu macam.
Jika anak
berebut alat permainan edukatatif, maka dalam hal ini guru sebagai sumber
belajar harus pandai-pandai mengatur secara bergilir dan beraturan agar anak
dapat mengggnakan alat permainan edukatif tersebut secara bergantian, tertib,
dan teratur. Secara tidak langsung guru telah memberi pesan agar anak dapat
saling berbagi dengan sesama dan tidak mementingkan diri sendiri. Dengan
demikian, pembiasaan bermain dapat terpenuhi secara memadai, walaupun terbatas.
3.
Keuangan
Keuangan atau
pendanaan sering kali dijadikan alasan untuk berlindung di balik keterbatasan
penyediaan berbagai alat permainan edukatif. Walaupun alat permainan edukatif
bisa dibuat sendiri, tetapi alat permainan edukatif tersebut dapat cepat rusak,
maka alat permaina edukatif buatan pabrik tetep diperlukan Oleh karena itu,
pengalokasian dana untuk pengadaan alat permainan edukatif erupakan kewajiban
yang tak boleh diabaikan.
Pengalokasian
dana untuk pengadaan alat permainan edukatif harus disesuaikan dengan kemampuan
sekolah. Dengan mempertimbangkan factor keuangan sekolah, hasil perencanaan
akan lebih matang.
B.
Pengadaan Sumber Belajar
Dalam
pengadaan sumber belajar, terutama pengadaan alat permainan edukatif harus
mempertimbangkan tentang pemahaman terhadap seluk-beluk alat-alat permainan
edukatif. Tercapai atau tidaknya tujuan belajar pada anak melalui kegiatan
bermain ditentukan oleh jenis alat permainan edukatif yang digunakan. Sebab,
tujuan memberikan berbagai permainan pada anak tidak lain adalah memperkenalkan
kepada mereka berbagai konsep, seperti: warna, bentuk, perbedaan dan persamaan,
panjang dan pendek, berat dan ringan, tenggelam dan terapung, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, memerhatikan karakteristik dan seluk-beluk serta
fungsi berbagai alat permainan edukatif
yang mampu menunjang tercapainya tujuan belajar melalui bermain sangat
penting, sehingga harus diperhatikan secara seksama sebelum melakukan pengadaan
atau pembelian alat permainan edukatif.
Berbagai cara,
pendekatan dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengadakan sumber
belajar antara lain: dengan pembelian, hadiah/sumbangan, pembuatan, dan
memodifikasi yang sudah ada.[4]
1)
Pembelian
Pembelian merupakan suatu kegiatan pengadaan
sumber belajar melalui transaksi pembelian. Untuk membeli sejumlah bahan
diperlukan tersedianya sejumlah dana. Oleh karena itu ditengah keterbatasan
dana, seorang guru dituntut untuk dapat memilih sumber belajar mana saja yang
perlu dijadikan prioritas utama. Pembelian secara bertahap dapat dilakukan
sejalan dengan kemampuan anggaran yang tersedia. Prosedur pembelian dapat
dilakukan melalui cara pembelian langsung ke toko atau melalui pemesanan ke
penyalur atau langsung ke agen/pabrik pembuat sumber belajar tersebut.
2)
Hadiah/Sumbangan
Penambahan koleksi sumber belajar dapat
diperoleh dari hadiah, pemberian, hibah ataupun sumbangan dari berbagai pihak
seperti instansi pemerintah, swasta ataupun perorangan. Sumbangan atau bantuan
yang diterima ada kalanya tanpa diminta terlebih dahulu, namun ada juga yang
dilakukan melalui permohonan permintaan dari pihak pengelola sumber belajar. Di
sini berarti, kita harus aktif mencari berbagai informasi termasuk alamat
lembaga atau institusi yang membuka peluang untuk memberikan bantuan.
3)
Membuat
Pengadaan sumber belajar dapat juga
dilakukan melalui kegiatan perancangan dan pembuatan yang disiapkan secara
khusus oleh guru untuk kegiatan pembelajaran tertentu. Dalam pembuatan sumber
belajar untuk anak usia dini, tergantung pada kreativitas dari guru itu
sendiri, sehingga secara tidak langsung guru dituntut untuk dapat sekreatif
mungkin dalam membuat sumber belajar untuk anak. Seperti membuat alat permainan
edukatif dari bahan-bahan disekitar rumah yang mudah ditemui. Atau menata ruang
kelas sedemikian mungkin, misalnya membuat hiasan-hiasan dengan berbagai bentuk,
di dalam bentuk itu diberi huruf-huruf alphabet supaya anak dapat mengenal
huruf dan bentuk-bentuk binatang ataupun benda-benda. Seperti contoh gambar
dibawah ini:
Sumber:
penulis
4)
Memodifikasi yang tersedia
Ada kalanya sumber belajar yang tersedia tidak
sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh karena itu perlu
dilakukan modifikasi atau menyesuaikan dengan kebutuhan.
C.
Penyimpanan dan Pemeliharaan Sumber
Belajar
Guru harus
mampu membedakan antara jenis sumber belajar yang perlu disimpan dan dipelihara
dengan baik. Memelihara sumber belajar berarti:
1)
merawat sumber belajar agar selalu
relatif berada pada kondisi aslinya,
2)
memperbaiki kerusakan yang
dialaminya dan
3)
menyimpannya dengan baik.
Berikut ini disajikan perawatan, perbaikan dan
penyimpanan beberapa media pendidikan dan alat permainan untuk anak:
1)
Gambar
Koleksi gambar
penting dipelihara apalagi gambar yang terbuat dari selembar kertas umumnya
mudah robek dan sulit penyimpanannya. Pemeliharaan gambar dapat diupayakan
dengan cara menempelkannya pada karton yang baik kualitasnya dan menyimpannya
dengan baik. Pilihlah karton yang tidak mengandung bahan yang dapat merusak
warna gambar. Jika tidak ada karton yang baik, lekatkan dulu kertas putih di
atas karton selanjutnya gambar di atas kertas putih itu. Agar hasilnya baik,
gunakan lem perekat yang baik kualitasnya agar kualitas gambar tidak cepat
berubah oleh proses kimia yang ditimbulkan lem tersebut. Cara menyimpan gambar
adalah sebagai berikut:
a)
Tiap gambar dicatat sesuai nomor
urut disertai keterangan agar mudah mencari dan mengembalikannya ke tempat
semula.
b)
Sediakan rak-rak tempat menyimpan
gambar dengan tiga macam ukuran gambar (besar, sedang, kecil) jumlah gambar
yang disimpan dalam rak jangan terlalu banyak, umumnya dibatasi 20 lembar di
setiap rak.
c)
Penyimpanan diatur menurut besar
kecilnya bukan isinya atau pesannya.Menyimpan menurut isinya bisa membingungkan
dan gambar yang kecil-kecil bisahilang atau terselip diantara gambar yang
besar. Oleh karena itu tetapkan ukurannya (besar, sedang dan kecil) kemudian
beri nomor urut.
d)
Gambar disimpan dengan
meletakkannya secara mendatar (bukan dilipat atau digulung).[5]
2)
Alat Permainan
Selain penyimpanan
yang teratur terhadap alat-alat permainan, juga perlu di perhatikan mengenai pemeliharaan
sumber belajar seperti tingkat kelembaban ruang udara pada sumber belajar. Tempat
yang lembab dapat membuat sumber belajar berupa alat permainan edukatif
menjamur, lapuk, kemudian mengelupas. Selain dapat membuat iritasi kulit pada
tangan anak, alat permainan juga akan menjadi kusam dan warnanya pudar sehingga
warnya tidak menarik bagi anak.
Beberapa
tempat yang aman digunakan untuk menyimpan berbagai alat permainan edukatif, antara
lain rak dan lemari tertutup.
1)
Rak
Alat-alat
permainan yang di simpan dalam rak sebaiknya di berikan label nama alat
permainan tersebut. Tujuannya selain membiasakan anak memperkenalkan bahasa
tulis, mereka juga mengetahui nama alat-alat permainan serta mendidik mereka
untuk di siplin dalam mengambil dan mengembalikan alat-alat permainan yang ada.
2)
Lemari tertutup
Biasanya digunakan untuk menyimpan
barang barang yang sangat rentan, misalnya yang terbuat dari kaca atau yang penggunaannya
membutuhkan suatu pengawasan. [6]
D.
Penggunaan dan Evaluasi Sumber
Belajar
1.
Penggunaan
Berikut ini
uraian bagaimana sumber belajar itu dapat digunakan oleh guru :
a)
Nara Sumber
Guru dapat
menggunakan nara sumber atau orang yang ahli dibidangnya untuk memperkaya
wawasan anak dengan cara mengundang mereka untuk menceritakan keahliannya
misalnya polisi, dokter, petugas pos dan lain-lain. Untuk menggunakan nara
sumber belajar orang ini (nara sumber), guru hendaknya memahami prosedur yang
berlaku, terlatih untuk menyeleksi sumber-sumber yang sesuai dengan prinsip
pendidikan anak usia dini/TK misalnya nara sumber yang diundang selain ahli
dibidangnya juga memiliki syarat teknis yaitu dapat berkomunikasi dengan anak,
sehat (tidak berpenyakit menular), memahami perkembangan anak usia dini dan
lain-lain, sehingga proses kegiatan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan
menyenangkan bagi anak.
b)
Lingkungan
Guru dapat
menggunakan lingkungan yang terdekat dengan anak sebagai sumber belajar. Sumber
belajar yang alamiah dapat digunakan dengan efisien sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Lingkungan terdekat dengan anak misalnya lingkungan PAUD. Lingkungan
sekitar PAUD dapat dijadikan sumber belajar pada waktu pembelajaran berupa tema
binatang atau tanaman.
c)
Media cetak
Buku mutlak
digunakan oleh guru sebagai sumber belajar. Beberapa kriteria yang sebaiknya
menjadi dasar pertimbangan dalam memilih buku adalah kriteria isi mencakup apakah
isi sumber belajar relevan dengan program pendidikan yang berlaku, sistematika,
isi dan topik yang disajikan pembahasannya mudah dipahami, kompetensi pengarang
dan penerbit, kemutahiran ( currentness), dan lain-lain.
d)
Benda Sebenarnya
Sejalan dengan
pendidikan untuk anak usia dini, guru dapat menggunakan benda sebenarnya
sebagai sumber belajar. misalnya ketika menjelaskan tumbuhan yaitu bunga, anak
dapat mengamati bunga sebenarnya, mencium harum wangi bunga, menyentuh
mahkotanya, daun dan tangkai bunga sehingga anak lebih memahami melalui
pengalaman nyata dengan lebih menyenangkan. Banyak lagi benda-benda yang dapat
kita manfaatkan baik yang bertebaran di sekitar maupun yang sengaja disediakan
oleh pengelola program pendidikan. Kesemuanya itu menuntut kepekaan dan wawasan
guru yang menyeluruh.
e)
Barang Bekas
Barang bekas
seringkali luput dari perhatian kita, padahal dapat dimanfaatkan secara optimal
dalam kegiatan pendidikan. Kreativitas guru dalam menggunakan barang bekas
menjadi sumber belajar dapat membantu proses pendidikan dengan tidak terbatas.
Barang bekas yang paling banyak berserakan di sekitar kita diantaranya kertas,
kotak permen, bekas kemasan dan lain-lain. Contohnya botol bekas minuman kaleng
dapat dikemas menjadi kaleng suara dengan bantuan kerikil untuk berlatih seni
musik dan daya pendengaran anak.
f)
Model
Guru dapat
menggunakan model tiruan seperti motor-motoran, mobil-mobilan, becak dan
lain-lain untuk membantu memberikan gambaran alat transportasi pada anak. Model
ini cukup efektif digunakan untuk memberikan pengetahuan dan informasi pada
anak.[7]
2.
Evaluasi
Dibawah ini adalah
langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi sumber belajar di RA
terutama semua alat permainan edukatif yaitu :
a)
Pendataan penggunaan
Dalam proses
pembelajaran sehari-hari dapat di pantau tingkat kemahiran dan kreatifitas anak
dalam memainkan alat pembelajarannya. Guru dapat mencatat hasil pantauan itu
dengan menggunakan dengan kolom-kolom (chart) yang dapat di isi anak, buku
khusus, catatan guru, kartu yang dikalungi pada leher setiap anak.[8]
b)
Cara mengurus alat permainan
Berikut adalah
langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengevaluasi semua alat permainan
edukatif.
1)
Buatlah daftar semua alat permainan
edukatif yang ada, dengan kriteria rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat.
2)
Masukkan semua jenis alat permainan
yang ada ke dalam “jenis alat permainan edukatif”.
3)
Identifikasi semua alat permainan
dalam setiap satu pekan sekali.
4)
Hasil identifikasi adalah tanda
conteng (√) pada setiap jenis alat permainan.
5)
Tindak lanjuti dari hasil evaluasi
tersebut adalah segera di cat ulang untuk alat permainan yang rusak ringan,
segera diperbaiki untuk alat perminan yang rusak sedang, dan segera diganti
untuk alat permainan yang rusak berat.
Adapun tolak
ukur sebuah alat permainan dikatakan Rusak ringan (Rr) adalah, jika cat atau
warnanya sudah kusam dan tidak jelas lagi. Sedangkan alat permainan dikatakan
Rusak sedang (Rs) adalah, jika alat permainan tersebut sisinya telah tergores,
catnya mengelupas, dan lapuk sebagian. Adapun alat permainan dikatakan Rusak
berat (Rb) adalah, jika alat permainan tersebut telah hilang cat pewarnanya,
mengelupas sisinya, bentuknya sudah tidak presisi, dan bahannya telah melapuk.[9]
BAB III
KESIMPULAN
Pengelolaan sumber belajar di TK/RA meliputi: perencanaan sumber
belajar, pengadaan sumber belajar, penyimpanan dan pemeliharaan sumber belajar,
dan pengunaan dan evaluasi sumber belajar.
1.
Perencanaan sumber belajar
Supaya
menghasilkan perencanaan sumber belajar yang baik, yang perlu dipertimbangkan
antara lain: jumlah dan usia anak didik; sistem pembiasaan; dan keuangan.
2.
Pengadaan sumber belajar
Dalam
pengadaan sumber belajar, terutama pengadaan alat permainan edukatif harus
mempertimbangkan tentang pemahaman terhadap seluk-beluk alat-alat permainan
edukatif.
Berbagai cara,
pendekatan dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengadakan sumber
belajar antara lain: dengan pembelian, hadiah/sumbangan, pembuatan, dan memodifikasi
yang sudah ada.
3.
Penyimpanan dan pemeliharaan sumber
belajar
Memelihara
sumber belajar berarti:
a.
merawat sumber belajar agar selalu
relatif berada pada kondisi aslinya,
b.
memperbaiki kerusakan yang
dialaminya dan
c.
menyimpannya dengan baik.
Beberapa tempat yang aman digunakan untuk
menyimpan berbagai alat permainan edukatif, antara lain rak dan lemari
tertutup.
4.
Penggunaan dan evaluasi sumber
belajar
a.
Penggunaan
Penggunaan sumber belajar,
tergantung bagaimana guru menggunakannya.
b.
Evaluasi
Langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam mengevaluasi sumber belajar di RA, khususnya alat permainan
edukatif antara lain:
1)
Pendataan Pengguanaa
2)
Cara mengurus alat permainan
DAFTAR PUSTAKA
Suyadi. 2011. Managemen
PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html
diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
[1]
http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html
diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
[4]
http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html
diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
[5]
http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html
diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
[7]
http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html
diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober
2014 pukul 19.32 WIB.
[8]
http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html
diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober
2014 pukul 19.32 WIB.
1 komentar:
Live Chat Ayam PW
BakarAyam
178.128.118.38
Situs Poker Online Uang Asli
Situs Judi Online Uang Asli
Posting Komentar