Makalah Pengelolaan Sumber Belajar

SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN TK/RA
“PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR DI TK/RA”

Dosen Pengampu:
Lailatu Rohmah, S.Pd.I, M.S.I





Disusun Oleh:
NURLIYATI RAHAYU (13430031)

Program Studi Pendidikan Guru Raudlatul Athfal
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Di dalam kami menyelesaikan tugas makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang baik.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
2.      Ibu Lailatu Rohmah selaku dosen mata kuliah Sumber dan Media Pembelajaran RA
3.      Kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti kuliah maupun dalam menyelesaikan makalah ini
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait, yang telah membantu kami dalam menyelesaikan karya tulis ini. Semoga kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada kami dapat menjadi amal yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.
Akhir kata, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam karya tulis ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Yogyakarta, Oktober 2014

Nurliyati Rahayu

BAB I
PENDAHULUAN
            A.    Latar Belakang
Sumber belajar sangat penting dalam proses belajar mengajar, sebab tanpa adanya sumber belajar dalam proses pembelajaran tidak akan terjadi. Association for Educational Communication and Technology atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan yang sering disingkat AECT memberikan batasan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware),  teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar. Pengertian sumber belajar menurut AECT ini menguraikan secara rinci jenis-jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan sekitar.[1]
Banyaknya sumber belajar dan alat permainan yang ada di TK/RA mensyaratkan guru untuk mengelolanya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana pengelolaan sumber belajar, khususnya pengelolaan sumber belajar di TK/RA.

   B.     Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan sumber belajar di TK/RA?



   C.     Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam pengeloaan sumber belajar di TK/RA

   D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi penulis
Makalah yang telah ditulis ini diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, mahasiswa dengan masyarakat, serta orang-orang yang berminat membacanya.
2.      Bagi mahasiswa
Makalah yang telah ditulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaaan ataupun referesi untuk mahasiswa khususnya tentang pengelolaan sumber belajar di TK/RA.
3.      Bagi masyarakat
Makalah yang telah ditulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan ataupun referensi tentang pengelolaan sumber belajar di TK/RA.





BAB II
PEMBAHASAN

PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR DI TK/RA
                        Pengelolaan sumber belajar di TKRA meliputi: perencanaan sumber belajar, pengadaan sumber belajar, penyimpanan dan pemeliharaan sumber belajar, dan pengunaan dan evaluasi sumber belajar.
A.    Perencanaan Sumber Belajar
Perencanaa adalah kegiatan atau agenda yang dicanangkan akan segera dilaksanakan.[2]  Perencanaan sumber belajar di TK/RA dimulai dengan mengadakan identifikasi kebutuhan sumber belajar di TK/RA. Berdasarkan identifikasi kebutuhan tersebut guru mendapat data tentang jenis-jenis sumber belajar yang dibutuhkan untuk anak TK/RA. Jenis-jenis sumber belajar yang diidentifikasi tersebut dapat disesuaikan dengan tema, kemampuan dan tujuan yang diinginkan. Data kebutuhan ini dirinci untuk bahan pertimbangan dalam rencana pengadaan sumber belajar.
Supaya menghasilkan perencanaan sumber belajar yang baik, yang perlu dipertimbangkan antara lain: jumlah dan usia anak didik; sistem pembiasaan; dan keuangan.[3]
1.      Jumlah dan Usia Anak Didik
Sebelum melakukan pengadaan alat dan bahan, harus dipertimbangkan jumlah dan usia anak didik. Pertama mengenai  jumlah anak didik, , idealnya setiap kelas dengan anak didik antara 15-20 anak harus ada guru pendamping kelas minimal 2 orang, supaya pembelajaran dikelas dapat  berjalan dengan baik. Selanjutnya mengenai alat permainan, jika alat permainan yang disedikan terlalu sedikit akan berakibat pada pertikaian atau pertengkaran antaranak karena berebut mainan. Ukuran ruang kelas juga tidak boleh diabaikan, untuk anak-anak antara 20-30 peserta didik diperlukan ruangan minimal berukuran 7x8 meter.
Sedangkan alasan untuk mempertimbangkan usia anak adalah untuk menentukan jenis permainan edukatif, sebab jika alat permaianan edukatif yang tersedia tidak sesuai tingkat perkembangan anak, maka anak-anak tidak akan tertarik untuk bermain. Padahal bermainnya anak-anak adalah belajar itu sendiri. Untuk mempermudah penyesuaian alat permainan edukatif dengan uisa anak, maka dibuatlah kelas-kelas dengan usia anak. Yang membedakan kelas anak didik tidak Alaina adalah usia anak didik tersebut. Berikut adalah table pengelompokan kelas berdasarkan usia anak:

No
Usia Anak
Jumlah Maks
Kelompok
Kelas
1
0-3 tahun
25-30 anak
TPA
-
2
3-3,6 tahun
15-20 anak
KB
A1
3
3,6- 4 tahun
15-20 anak
KB
A2
4
4- 5 tahun
15-20 anak
TK
B1
5
5-6 tahun
15-20 anak
TK
B2
                                   
Dari table diatas, maka masing-masing kelas mempunyai jenis alat permaina edukatif tersendiri yang berbeda dengan kelas-kelas yang lain. Dengan demikian, penyesuaian antara tingkat perkembangan anak dengan alat permainan yang digunaan dapat tercapai.
Mengingat mengenai usia anak didik, lingkungan sebagai sumber belajar anak didik maka bentuk bangunan gedung TK/RA diusahakan berbeda dengan bentuk bangunan rumah, Bank, Masjid, dll. Buatlah desain bangunan TK/RA yang khas dengan karakter anak usia dini. Jika memungkinkan bentuk kelas satu dengan yang lainnya berbeda, misalnya untuk kelas anak kelompok TPA berbentuk buah strawberry berbeda dengan kelas anak kelompok TK yang berbentuk pesawat. Dengan demikian, anak-anak sejak masuk gedung sudah terkesan dengan bentuk kelas yang berbeda-beda, nuansa yang berbeda terebut membuat anak senantiasa betah dan tidak merasa bosan.
Demikian pula dengan fasillitas-fasilitas bermaina nak yang lain seperti kolam renang, untuk anak usia dini bentuk kolam senang harus dibuat seunik mungkin supaya anak tertarik untuk menggunaka kolamm renag tersebut. ,isalnya kolam renang dengan bentuk bulan sabit, atau dengan bentuk-bentuk geometri yang lain.
2.      Sistem Pembiasaan
Sistem pembiasaan yang dimaksud disini adalah pembiasaan anak untuk bermain. Kebiasaan ini menuntut jenis permainan yang awet dan tahan lama, sehingga walaupun dipakai setiap hari tetap dalam keadaan baik. Kondisi keterbatasan TK/RA selalu menjadi alasan klasik keterbatasan alat permaian edukatif. Tetapi hal itu dapa diatasi dengan menyiasati jumlah permainan edukatif. Dengan kata lain, lebih baik meyediakan alat permainan edukatif terbatas dalam jumlah tetapi lengkap daripada menyediakan alat permainan edukatif dalam jumlah yang banyak namun hanya ada satu macam.
Jika anak berebut alat permainan edukatatif, maka dalam hal ini guru sebagai sumber belajar harus pandai-pandai mengatur secara bergilir dan beraturan agar anak dapat mengggnakan alat permainan edukatif tersebut secara bergantian, tertib, dan teratur. Secara tidak langsung guru telah memberi pesan agar anak dapat saling berbagi dengan sesama dan tidak mementingkan diri sendiri. Dengan demikian, pembiasaan bermain dapat terpenuhi secara memadai, walaupun terbatas.
3.      Keuangan  
Keuangan atau pendanaan sering kali dijadikan alasan untuk berlindung di balik keterbatasan penyediaan berbagai alat permainan edukatif. Walaupun alat permainan edukatif bisa dibuat sendiri, tetapi alat permainan edukatif tersebut dapat cepat rusak, maka alat permaina edukatif buatan pabrik tetep diperlukan Oleh karena itu, pengalokasian dana untuk pengadaan alat permainan edukatif erupakan kewajiban yang tak boleh diabaikan.
Pengalokasian dana untuk pengadaan alat permainan edukatif harus disesuaikan dengan kemampuan sekolah. Dengan mempertimbangkan factor keuangan sekolah, hasil perencanaan akan lebih matang.

B.     Pengadaan Sumber Belajar
Dalam pengadaan sumber belajar, terutama pengadaan alat permainan edukatif harus mempertimbangkan tentang pemahaman terhadap seluk-beluk alat-alat permainan edukatif. Tercapai atau tidaknya tujuan belajar pada anak melalui kegiatan bermain ditentukan oleh jenis alat permainan edukatif yang digunakan. Sebab, tujuan memberikan berbagai permainan pada anak tidak lain adalah memperkenalkan kepada mereka berbagai konsep, seperti: warna, bentuk, perbedaan dan persamaan, panjang dan pendek, berat dan ringan, tenggelam dan terapung, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, memerhatikan karakteristik dan seluk-beluk serta fungsi berbagai alat permainan edukatif  yang mampu menunjang tercapainya tujuan belajar melalui bermain sangat penting, sehingga harus diperhatikan secara seksama sebelum melakukan pengadaan atau pembelian alat permainan edukatif.
Berbagai cara, pendekatan dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengadakan sumber belajar antara lain: dengan pembelian, hadiah/sumbangan, pembuatan, dan memodifikasi yang sudah ada.[4]
1)      Pembelian 
Pembelian merupakan suatu kegiatan pengadaan sumber belajar melalui transaksi pembelian. Untuk membeli sejumlah bahan diperlukan tersedianya sejumlah dana. Oleh karena itu ditengah keterbatasan dana, seorang guru dituntut untuk dapat memilih sumber belajar mana saja yang perlu dijadikan prioritas utama. Pembelian secara bertahap dapat dilakukan sejalan dengan kemampuan anggaran yang tersedia. Prosedur pembelian dapat dilakukan melalui cara pembelian langsung ke toko atau melalui pemesanan ke penyalur atau langsung ke agen/pabrik pembuat sumber belajar tersebut.
2)      Hadiah/Sumbangan
Penambahan koleksi sumber belajar dapat diperoleh dari hadiah, pemberian, hibah ataupun sumbangan dari berbagai pihak seperti instansi pemerintah, swasta ataupun perorangan. Sumbangan atau bantuan yang diterima ada kalanya tanpa diminta terlebih dahulu, namun ada juga yang dilakukan melalui permohonan permintaan dari pihak pengelola sumber belajar. Di sini berarti, kita harus aktif mencari berbagai informasi termasuk alamat lembaga atau institusi yang membuka peluang untuk memberikan bantuan.
3)       Membuat
Pengadaan sumber belajar dapat juga dilakukan melalui kegiatan perancangan dan pembuatan yang disiapkan secara khusus oleh guru untuk kegiatan pembelajaran tertentu. Dalam pembuatan sumber belajar untuk anak usia dini, tergantung pada kreativitas dari guru itu sendiri, sehingga secara tidak langsung guru dituntut untuk dapat sekreatif mungkin dalam membuat sumber belajar untuk anak. Seperti membuat alat permainan edukatif dari bahan-bahan disekitar rumah yang mudah ditemui. Atau menata ruang kelas sedemikian mungkin, misalnya membuat hiasan-hiasan dengan berbagai bentuk, di dalam bentuk itu diberi huruf-huruf alphabet supaya anak dapat mengenal huruf dan bentuk-bentuk binatang ataupun benda-benda. Seperti contoh gambar dibawah ini:

                                                                                               Sumber: penulis

4)      Memodifikasi yang tersedia
Ada kalanya sumber belajar yang tersedia tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi atau menyesuaikan dengan kebutuhan.
C.     Penyimpanan dan Pemeliharaan Sumber Belajar
Guru harus mampu membedakan antara jenis sumber belajar yang perlu disimpan dan dipelihara dengan baik. Memelihara sumber belajar berarti:
1)      merawat sumber belajar agar selalu relatif berada pada kondisi aslinya,
2)      memperbaiki kerusakan yang dialaminya dan
3)      menyimpannya dengan baik.
Berikut ini disajikan perawatan, perbaikan dan penyimpanan beberapa media pendidikan dan alat permainan untuk anak:
1)      Gambar
Koleksi gambar penting dipelihara apalagi gambar yang terbuat dari selembar kertas umumnya mudah robek dan sulit penyimpanannya. Pemeliharaan gambar dapat diupayakan dengan cara menempelkannya pada karton yang baik kualitasnya dan menyimpannya dengan baik. Pilihlah karton yang tidak mengandung bahan yang dapat merusak warna gambar. Jika tidak ada karton yang baik, lekatkan dulu kertas putih di atas karton selanjutnya gambar di atas kertas putih itu. Agar hasilnya baik, gunakan lem perekat yang baik kualitasnya agar kualitas gambar tidak cepat berubah oleh proses kimia yang ditimbulkan lem tersebut. Cara menyimpan gambar adalah sebagai berikut:
a)      Tiap gambar dicatat sesuai nomor urut disertai keterangan agar mudah mencari dan mengembalikannya ke tempat semula.
b)      Sediakan rak-rak tempat menyimpan gambar dengan tiga macam ukuran gambar (besar, sedang, kecil) jumlah gambar yang disimpan dalam rak jangan terlalu banyak, umumnya dibatasi 20 lembar di setiap rak.
c)      Penyimpanan diatur menurut besar kecilnya bukan isinya atau pesannya.Menyimpan menurut isinya bisa membingungkan dan gambar yang kecil-kecil bisahilang atau terselip diantara gambar yang besar. Oleh karena itu tetapkan ukurannya (besar, sedang dan kecil) kemudian beri nomor urut.
d)     Gambar disimpan dengan meletakkannya secara mendatar (bukan dilipat atau digulung).[5]
2)      Alat Permainan
Selain penyimpanan yang teratur terhadap alat-alat permainan, juga perlu di perhatikan mengenai pemeliharaan sumber belajar seperti tingkat kelembaban ruang udara pada sumber belajar. Tempat yang lembab dapat membuat sumber belajar berupa alat permainan edukatif menjamur, lapuk, kemudian mengelupas. Selain dapat membuat iritasi kulit pada tangan anak, alat permainan juga akan menjadi kusam dan warnanya pudar sehingga warnya tidak menarik bagi anak.
Beberapa tempat yang aman digunakan untuk menyimpan berbagai alat permainan edukatif, antara lain rak dan lemari tertutup.
1)      Rak
Alat-alat permainan yang di simpan dalam rak sebaiknya di berikan label nama alat permainan tersebut. Tujuannya selain membiasakan anak memperkenalkan bahasa tulis, mereka juga mengetahui nama alat-alat permainan serta mendidik mereka untuk di siplin dalam mengambil dan mengembalikan alat-alat permainan yang ada.
2)      Lemari tertutup
Biasanya digunakan untuk menyimpan barang barang yang sangat rentan, misalnya yang terbuat dari kaca atau yang penggunaannya membutuhkan suatu pengawasan. [6]

D.    Penggunaan dan Evaluasi Sumber Belajar
1.      Penggunaan
Berikut ini uraian bagaimana sumber belajar itu dapat digunakan oleh guru :
a)      Nara Sumber
Guru dapat menggunakan nara sumber atau orang yang ahli dibidangnya untuk memperkaya wawasan anak dengan cara mengundang mereka untuk menceritakan keahliannya misalnya polisi, dokter, petugas pos dan lain-lain. Untuk menggunakan nara sumber belajar orang ini (nara sumber), guru hendaknya memahami prosedur yang berlaku, terlatih untuk menyeleksi sumber-sumber yang sesuai dengan prinsip pendidikan anak usia dini/TK misalnya nara sumber yang diundang selain ahli dibidangnya juga memiliki syarat teknis yaitu dapat berkomunikasi dengan anak, sehat (tidak berpenyakit menular), memahami perkembangan anak usia dini dan lain-lain, sehingga proses kegiatan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan menyenangkan bagi anak.
b)      Lingkungan
Guru dapat menggunakan lingkungan yang terdekat dengan anak sebagai sumber belajar. Sumber belajar yang alamiah dapat digunakan dengan efisien sesuai dengan prosedur yang berlaku. Lingkungan terdekat dengan anak misalnya lingkungan PAUD. Lingkungan sekitar PAUD dapat dijadikan sumber belajar pada waktu pembelajaran berupa tema binatang atau tanaman.
c)      Media cetak
Buku mutlak digunakan oleh guru sebagai sumber belajar. Beberapa kriteria yang sebaiknya menjadi dasar pertimbangan dalam memilih buku adalah kriteria isi mencakup apakah isi sumber belajar relevan dengan program pendidikan yang berlaku, sistematika, isi dan topik yang disajikan pembahasannya mudah dipahami, kompetensi pengarang dan penerbit, kemutahiran ( currentness), dan lain-lain.
d)     Benda Sebenarnya
Sejalan dengan pendidikan untuk anak usia dini, guru dapat menggunakan benda sebenarnya sebagai sumber belajar. misalnya ketika menjelaskan tumbuhan yaitu bunga, anak dapat mengamati bunga sebenarnya, mencium harum wangi bunga, menyentuh mahkotanya, daun dan tangkai bunga sehingga anak lebih memahami melalui pengalaman nyata dengan lebih menyenangkan. Banyak lagi benda-benda yang dapat kita manfaatkan baik yang bertebaran di sekitar maupun yang sengaja disediakan oleh pengelola program pendidikan. Kesemuanya itu menuntut kepekaan dan wawasan guru yang menyeluruh.
e)      Barang Bekas
Barang bekas seringkali luput dari perhatian kita, padahal dapat dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan pendidikan. Kreativitas guru dalam menggunakan barang bekas menjadi sumber belajar dapat membantu proses pendidikan dengan tidak terbatas. Barang bekas yang paling banyak berserakan di sekitar kita diantaranya kertas, kotak permen, bekas kemasan dan lain-lain. Contohnya botol bekas minuman kaleng dapat dikemas menjadi kaleng suara dengan bantuan kerikil untuk berlatih seni musik dan daya pendengaran anak.
f)       Model
Guru dapat menggunakan model tiruan seperti motor-motoran, mobil-mobilan, becak dan lain-lain untuk membantu memberikan gambaran alat transportasi pada anak. Model ini cukup efektif digunakan untuk memberikan pengetahuan dan informasi pada anak.[7]





2.      Evaluasi
Dibawah ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi sumber belajar di RA terutama semua alat permainan edukatif yaitu :
a)      Pendataan penggunaan
Dalam proses pembelajaran sehari-hari dapat di pantau tingkat kemahiran dan kreatifitas anak dalam memainkan alat pembelajarannya. Guru dapat mencatat hasil pantauan itu dengan menggunakan dengan kolom-kolom (chart) yang dapat di isi anak, buku khusus, catatan guru, kartu yang dikalungi pada leher setiap anak.[8]
b)      Cara mengurus alat permainan
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengevaluasi semua alat permainan edukatif.
1)      Buatlah daftar semua alat permainan edukatif yang ada, dengan kriteria rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat.
2)      Masukkan semua jenis alat permainan yang ada ke dalam “jenis alat permainan edukatif”.
3)      Identifikasi semua alat permainan dalam setiap satu pekan sekali.
4)      Hasil identifikasi adalah tanda conteng (√) pada setiap jenis alat permainan.
5)      Tindak lanjuti dari hasil evaluasi tersebut adalah segera di cat ulang untuk alat permainan yang rusak ringan, segera diperbaiki untuk alat perminan yang rusak sedang, dan segera diganti untuk alat permainan yang rusak berat.
Adapun tolak ukur sebuah alat permainan dikatakan Rusak ringan (Rr) adalah, jika cat atau warnanya sudah kusam dan tidak jelas lagi. Sedangkan alat permainan dikatakan Rusak sedang (Rs) adalah, jika alat permainan tersebut sisinya telah tergores, catnya mengelupas, dan lapuk sebagian. Adapun alat permainan dikatakan Rusak berat (Rb) adalah, jika alat permainan tersebut telah hilang cat pewarnanya, mengelupas sisinya, bentuknya sudah tidak presisi, dan bahannya telah melapuk.[9]







BAB III
KESIMPULAN

Pengelolaan sumber belajar di TK/RA meliputi: perencanaan sumber belajar, pengadaan sumber belajar, penyimpanan dan pemeliharaan sumber belajar, dan pengunaan dan evaluasi sumber belajar.
1.      Perencanaan sumber belajar
Supaya menghasilkan perencanaan sumber belajar yang baik, yang perlu dipertimbangkan antara lain: jumlah dan usia anak didik; sistem pembiasaan; dan keuangan.
2.      Pengadaan sumber belajar
Dalam pengadaan sumber belajar, terutama pengadaan alat permainan edukatif harus mempertimbangkan tentang pemahaman terhadap seluk-beluk alat-alat permainan edukatif.
Berbagai cara, pendekatan dan kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengadakan sumber belajar antara lain: dengan pembelian, hadiah/sumbangan, pembuatan, dan memodifikasi yang sudah ada.
3.      Penyimpanan dan pemeliharaan sumber belajar
Memelihara sumber belajar berarti:
a.       merawat sumber belajar agar selalu relatif berada pada kondisi aslinya,
b.      memperbaiki kerusakan yang dialaminya dan
c.       menyimpannya dengan baik.
Beberapa tempat yang aman digunakan untuk menyimpan berbagai alat permainan edukatif, antara lain rak dan lemari tertutup.

4.      Penggunaan dan evaluasi sumber belajar
a.       Penggunaan
Penggunaan sumber belajar, tergantung bagaimana guru menggunakannya.
b.      Evaluasi
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi sumber belajar di RA, khususnya alat permainan edukatif antara lain:
1)      Pendataan Pengguanaa
2)      Cara mengurus alat permainan







DAFTAR PUSTAKA

Suyadi. 2011. Managemen PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.

[1] http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
[2] Suyadi, Managemen PAUD, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) hal. 196
[3] Ibid. hal. 196-202
[4] http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
[5] http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
[6] Suyadi, Managemen PAUD,….….. hal. 206.
[7] http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
[8] http://pitrianggelina.blogspot.com/2013/11/pengelolaan-sumber-belajar-dan_231.html diakses pada hari kamis, tanggal 09 Oktober 2014 pukul 19.32 WIB.
 [9] Suyadi, Manajemen PAUD,………..hlm. 208-209.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS